Tuesday 20 September 2016

Aceh Sebagai Wilayah Studi Sejarah Masa Lampau



Aceh memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Samudera India karena posisinya dalam situasi geografis. Sumber-sumber sejarah tertulis yang cukup banyak memungkinkan kita untuk merekonstruksi beberapa bagian dari sejarah dua kesultanan di daerah ini: pertama, Kesultanan Samudera Pasai antara akhir abad ketigabelas dan awal abab keenambelas, dan kemudian, Kesultanan Aceh sendiri. Sumber-sumber ini menyimpan informasi hubungan anatara Aceh dengan daerah-daerah lain sepanjang presisir Samudera India.
Kita tau ada hubungan antara Pasai dan Gujarat karena ada 12 makam monumen dari marmer putih yang diukir sedemikian indah yang ditemukan di Pasai. Monumen ini di impor dari Cambay (Gujarat), tempat monumen-monumen tersebut di ukir, meskipun beberapa tulisan tambahan dibuat di Pasai. Bukti-bukti dokumentasi menunjukkan kehadiran orang-orang dari Samudera India ke wilayah Aceh cukup meningkat pada abad keenambelas. Seperti  dalam informasi yang terdapat pada hikayat Raja Pasai dalam teks melayu menyebutkan pada akir abad keempatbelas atau awal abad limabelas menyebutkan ada datangnya kapal dagang dari Kling, di India Utara, ketika Sultan Malikul Saleh berkuasa, yang beliau diketahui meninggal pada tahun 1297 berdasarkan dari batu nisan makam beliau. dokumentasi-dokumentasi tertulis, hal ini bukan saja dapat memberi tahu kita negara-negara mana yang datang ke Aceh akan tetapi sampai kepada jenis-jenis barang dagang apa saja yang di bawa.
E. Edwards McKinnon adalah orang pertama yang memubliskan informasi mengenai situs Teluk Lambaro. Sejak 1988, beliau telah menyebutkan keberadaan serpihan-serpihan keramik Cina, yang paling awal dari abad ketigabelas.
Pantai Barat Aceh juga memiliki permukiman yang disebut dalam berbagai naskah kuno, teks Armenia, misalnya, menyebutkan pelabuhan K'rout, terletak secara tentatif di dekat Lhok Kruet sekarang dan Nagara kertagama menyebut permukiman barat, yang mungkin berada pada kota yang sama dengan Daya, disebut kan dalam catatan Portugis abad keenambelas. Catatan Portugis juga menyebutkan kota Singkel dan Mancopa - sebuah kerajaan yang mungkin berada di dekat Meulaboh pada periode yang sama.
Banyak sumber-sumber yang menyatakan eratnya kerja sama antara Turki dan Aceh pada abad keenambelas ini dapat kita lihat di rekaman Muhimme ynag dikeluarkan oleh Divan-I Humayun (Dewan Imperial Turki Usmani), beberapa diantaranya ada dalam bentuk terbitan. Dokumentasi resmi ini menyatakan adanya kedatangan utusan dari Aceh ke istanbul dan meminta bantuan peralatan militer dari Turki, juga persiapan kunjungan angkatan laut Turki ke Sumatra untuk mendukung Aceh pada tahun 1567. Mengenai hubungan pada abad kesembilanbelas, sumber Turki Usmani mengacu pada kedatangan delegasi Aceh di Istanbul pada 1851 dan 1873. Sumber-sumber ini datang dari berbagai kantor pemerintah, dan menyebutkan pembaharuan atas janji loyalitas Aceh pada abad keenambelas dan permintaan bantuan perlindungan Aceh kepada kekaisaran Turki Usmani.

No comments:

Post a Comment